About Me

gambar koala

ADA RINDU DI SEKOLAH

oleh Susi  Hidayanti (Guru SMPN 1 JEMBER)

 Ungkapan hati peserta didik bernama Sabrina Angelique wibowo, salah seorang siswi dari SMA di Kota Bandung kelas X mengaku bahwa dirinya merasa jenuh karena mengerjakan tugas setiap hari. Ditambah harus mengerjakan dan belajar sendiri, tanpa adanya tanya jawab atau penjelasan dari guru.”Saya berharap Covid-19  ini cepat selesai agar bisa sekolah lagi seperti biasa, bisa tanya jawab dengan guru, bisa ngobrol dengan teman-teman juga”. Belajar dirumah menurutnya jenuh dan membosankan monoton tidak ada diskusi dengan teman. (dkiutip MSN INSPIRA TV 3/4/20).
Ada juga cerita dari peserta didik yang lain bernama Gerson siswa SMP 9 Jakarta, perihal efektivitas belajar disekolah lebih baik, lebih mudah bertanya pada guru apabila ada pelajaran yang dia tidak mengerti. “ Tidak efektif home learning, susah untuk bertanya pada guru, sedangkan kalau di sekolah bisa langsung bertanya “, kebetulan dia siswa yang suka pada Mapel Matematika. Dia juga mengungkapkan ingin kembali ke sekolah sudah rindu ingin bermain dengan teman-temannya bersoaialisasi, makan bareng, ngobrol dan cerita-cerita banyak hal yanh hanya bisa dilakukan saat berada dkisekolah. (dikutip Nadhen Ivan CNN Indonesia, Kamis (9/4/20).
Kisah diatas menggambarkan bahwa pembelajaran dirumah ada sisi kekurangannya, dengan menggunakan pembelajaran jarak jauh (Daring) tidak serta merta bisa menggantikan sosok guru dihadapan peserta didik, dengan bisa bertatap muka secara langsung tidak hanya proses belajar mengajar secara materi pelajaran saja yang bisa ditransfer tetapi nilai-nilai mendidik dalam hal ini adalah menanamkan pendidikan karakter pada peserta didik, misalkan bagaimana peduli dengan lingkungan sekolah atau kelas soal kebersihan setiap hari ada piket berkelompok nilai yang ditanamkan selain hidup bersih juga ada pembelajaran Tim Work untuk saling mengingatkan dan bekerjasama membersihkan kelas yang sudah menjadi tanggung jawab bersama.Dan masih banyak lagi hal-hal yang diajarkan disekolah saat pembelajaran berlangsung.Pembiasaan yang dilakukan di Sekolah inilah yang tidak bisa ditemukan peserta didik di rumah, sehingga mereka merasa jenuh dan bosan, tidak bertemu dengan teman dan guru membuatnya ada sesuatu yang hilang timbul rasa rindu untuk kembali ke Sekolah yang tidak mereka temukan saat belajar di rumah. Seperti yang diungkapkan juga oleh Feo peserta didik yang masih duduk di bangku SD di Pondok Gede  mulai rindu dengan suasana sekolah. “ Aku kangen sama teman-teman”,  bercerita kalau kerap menghubungi guru nya .Enakan disekolah katanya Mama tidak bisa ngajari belajar. Karena wabah Covid-19 kian hari kian bertambah kasusnya, pemerintah mengimbau untuk tetap di dalam rumah dan belajar dirumah. (dikutip Nadhen Ivan CNN Indonesia, Kamis (9/4/20).
Kebijakkan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di rumah atau home learning mendatangkan keresahan di kalangan guru dan peserta didik .Meskipun demikian harus tetap melaksanakan home learning dengan  sepenuh hati agar tidak hilang esensi dari pembelajaran.Di jelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan “ Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampun dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak Mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara demokratis dan bertanggung jawab”.Sedangkan menurut UNESCO ( United Nations, Educational, Scientifik and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni :  (1) Learning to know, (2) Learning to do, (3) Learning to be, and (4) Learning to live together.. Demikian keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ. ( dikutip ruangguruku 11/12/12).
Berdasarkan UU dan Pilar pendidikan dari UNESCO,  peran guru tidak bisa tergantikan oleh kemajuan tekhnologi, meskipun dunia IT sudah merambah kedalam dunia pendidikan saat ini, edukasi elektronic book yang bisa diakses melalui internet dan aplikasi pembelajaran sebagai sarana di home learning . Menuut Prof.Waldrip Beliau menyebutkan penerapan Tekhnologi dalam proses belajar mengajar yaitu dengan mengubah cara mengajar, tekhnologi hanya memiliki kemampuan mengatasi masalah rasional, tetapi tidak bisa mengatasi masalah irasional. Dengan kata lain peran guru tidak akan tergantikan oleh tekhnoogi, secanggih apapun teknologi.Technologi pembelajaran sudah pada tahap mencenggangkan, namun kemajuan ini tidak dapat menggantikan fungsi dan peran guru tidak bisa menggantikan proses pendidikan anak. Manusia memang sudah  hidup dalam tekhnologi tinggi tetapi secara psikologis pada kelompok anak-anak dan remaja usia sekolah tetap  ada hasrat untuk figur yang mereka kagumi, hormati dan bahkan prilaku dan prestasi kehidupannya, peran guru tidak bisa diganti atau diambil alih oleh tekhnologi secanggih apapun.
Guru dalam melaksanakan tugas keguruannya tidak hanya sekedar berperan mentransfer ilmu kepada peserta didik, diharapkan dapat menyajikan pembelajaran dengan suasana yang penuh kehangatan, keramahan, yang dapat membuat peserta didik merasa nyaman, komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran adalah pola komunikasi yang humanis, komunikasi anatara manusia dengan manusia yang lebih melibatkan suasana hati, rasa peduli dan tenggang rasa tidak mungkin dirasakan peserta didik saat berinteraksi dengan peralatan elektronik (aplikasi pembelajaran online)..Demikian juga dalam hal moral guru mewarisi nilai-nilai dan keutamaan hidup untuk menjadi pegangan peserta didik dalam menjalani kehidupan dikemudian hari yang tidak bisa diberikan secara verbal (satu arah), sama dengan saat mendengarkan vidio tetapi lebih terutama lebih bermakna harus melalui contoh dan sikap hidup yang nyata (teladan hidup). .(dikutip OpiniBatasnegeri 15/9/16).
Kedekatan emosional guru dengan peserta didik ini yang mengakibatkan saat home learning diberlakukan mengakibatkan peserta didik merasa rindu pada suasana di sekolah yang mengharu biru, banyak cerita dan kenangan saat belajar di sekolah dan timbul rasa untuk segera bisa belajar lagi di sekolah masing-masing.Sebenarnya tidak hanya peserta didik yang merindukan bertatap muka langsung dengan guru, tetapi guru juga merasakan hal yang sama ingin bertemu dengan peserta didik. Hal ini karena sudah ada kedekatan hati antara guru dengan murid. meskipun sudah ada pembelajaran dengan menggunakan tekhnologi, Bagi guruyang mencintai profesinya, gatal dengan megang spidol dan bingkai papan tulis di dalam kelas sering kali menghadirkan ide-ide unik bagi guru juga menatap raut wajah peserta didik dengan leluasa, siswa sudah paham belum, siswa sudah fokus belum, siswa sudah selesai belum mengerjakan soal.Jika siswa belum paham, guru akan datang lagi dengan pendekatan yang berbeda. Jika siswa belum bisa fokus akan bertemu lagi dengan metode yang berbeda. Kemudian jika sudah selesai mengerjakan soal maka guru akan siap-siap dengan latihan soal berikutnya. Begitulah keindahan mengajar di dalam dunia nyata, meskipun mengajar dengan Daring juga seru, tapi kadang terbatas olhe sinyal dan kuota.Kerinduan melihat anda dan tawa peserta didik serta bercengkrama dengan teman sesama guru, membicarakan perkembangan siswa, perbahan drastis siswa, homor-humor siswa serta keaktifan para siswa didalam kelas.Apalagi saat istirahat kadang guru juga mengamati gerak-gerik siswa ke Kanti, berlari, main sepak bola di halaman sekolah dan siswa yang bererita dengan teman-temannya, semuanya tampak menenangkan guru. Pemandangan seperti ini tidak akan bisa ditemui oleh profesi lain tidak juga oleh media Daring.Dipagi hari menyambut peserta didik datang ke sekolah dengan semangat dan saat pulang sekolah melihat tampilan wajah yang kusut menjadi kelucuan sendiri bagi guru dan ada rasa kebanggaan tersendiri karena peserta didik sudah bersuka cita menerima pembelajaran. (dikutip Ozy V Alandika.Kompasiana3/4/20)
Kerinduan ini akan terbayar tunai pada saatnya nanti kembali ke sekolah, peserta didik akan masuk kelas bersama teman-temannya, bercerita kegalauannya saat home learming , bersenda gurau , membersihkan kelas dan lingkungannya karena kotor dan berdebu sekian waktu tidak dibersihkan. Begitupun dengan guru-guru tidak jauh beda dengan situasi peserta didik, bercengkrama seputar kegiatan home learning dan bersenda gurau dan bercerita hilangnya makhluk tak kasat mata yang bernama Covid-19 .Aamiin yaa Robbal Alamiin.



Posting Komentar

0 Komentar