Oleh Susi Hidayanti (Guru
SMPN 1 Jember)
Wabah
pandemi Covid-19 masih belum tahu kapan akan berakhir, sudah sebulan siswa
sekolah diliburkan, pembelajaran disekolah diganti dengan pembelajaran di rumah
atau home learning. Peran sosok guru
di dalam kelas digantikan dengan perangkat pembelajaran daring, bisa dengan hp atau laptop yang menggunakan aplikasi
pembelajaran online.Bagi guru dan
orang tua serta siswa harus melek IT belajar bersama-sama demi kelancaran
pembelajaran di rumah. Keuntungan dari kebijakkan untuk stay home saat ini selain sebagai cara untuk memutus rantai
penularan Covid-19 juga siswa bisa berkumpul dan banyak waktu untuk komunikasi dengan Ayah dan
Bundanya serta Keluarga. Namun ada beberapa tantangan yang dihadapi orang tua
selain kemampuan menggunakan IT juga fasilitas pembelajaran jarak jauh (daring) yaitu mengantisipasi kebosanan
yang melanda pada siswa dirumah, karena pembelajaran kebanyakkan bersifat
monoton, karena guru-guru sering
memberikan tugas online, dimana pola
komunikasinya searah kalau pun ada dengan memanfaatkan Tekhnologi tidak terlalu
sering, karena berat diongkos tidak semua orang tua memiliki dana yang cukup
untuk kepentingan daring.
Kondisi
siswa saat belajar juga berpengaruh, siswa lebih percaya pada gurunya dari pada
orang tuanya, ( Bundanya). Keadaan saat stay
home mau tidak mau orang tua khusus
Bundanya yang lebih dekat dengan urusan anak-anak akan didaulat menjadi Guru sementara waktu, sedangkan
sebelumnya yang berperan dari pagi sampai siang anak-anak berada di Sekolah
dengan guru apa pun yang mereka tidak
ketahui akan ditanyakan guru, entah masalah Materi Pelajaran bahkan masalah
lain juga akan dilampiaskan misal kesehatan bahkan masalah pribadi atau
keluarga sering kali anak-anak curhat kepada guru, ini yang menyebabkan anak-anak
begitu dekat dengan guru-guru di Sekolah,apa pun yang dia butuhkan seakan-akan
guru menjadi tempat bertanya bahkan mencarikan solusi. Dalam benak anak-anak
guru ku adalah penolongku. Saat ini anak-anak sedang belajar di rumah maka apa
yang mereka ingin tau akan ditanyakan kepada Bundanya sebagai pengganti guru di
sekolah. Apakah Bundanya siap untuk menjadi guru di rumah ? ini juga merupakan
tantangan tersendiri bagi orang tua untuk melayani anak-anak dengan ekstra
sabar, layaknya guru-guru di Sekolah mereka.
Anak-anak
sudah sebulan belajar di rumah tidak
diperbolehkan keluar rumah, hal ini seakan-akan mereka terpenjara, apalagi usia
remaja anak-anak memiliki sifat energik dan ingin selalu bersama teman-teman
sebayanya, ingin ngobrol atau makan bareng . Hai ini akan menyebabkan rasa
bosan bagi anak-anak. Sebagai orang tua yang sekarang menjadi guru dirumah
harus punya kiat-kiat untuk lebih dekat dengan anak-anak dirumah mampu
mendampingi anak-anak , menjadi teman bagi anak-anak, sebagai teman untuk bermain,
teman untuk belajar bahkan bisa saling untuk teman curhat. Alangkah indahnya
jika ini bisa terealisasi di dalam pembelajaran di rumah, ada sinergi
Kebijakkan yang diambil Pemerintah dalam hal ini Bpk Mendiknas, Sekolah dan
Guru.Ada beberapa cerita para bunda tentang mendampingi anak-anak belajar
dirumah, diantarannya, sebut saja Bunda Leany yang memiliki tips untuk
mendampingi anak-anak nya di rumah, “ Jadi kegiatan saya menyesuaikan jadwal
anak kalau hari sekolah seperti biasa. Saya buatkan jadwal agar bisa di
jalankan”, beliau mengatakan lebih aman jika memiliki rutinitas harian yang
jelas. Memberdayakan anak yang lebih besar membantu adiknya. Begitu juga dengan
Bunda Dewi meskipun berbeda, menurut Bunda Dewi “ Buat saya anak belajar
dirumah tuh beda dengan di sekolah. Rumah bukan sekolah, saya bukan guru. Jadi
saya ngga buat suasana seolah-olah ini seperti sekolah dan saat belajar saya di
depan dia ngajari. Ngga begitu ! (dikutip Sukabumi Update.com 6/4/20)
Melihat
cerita dari Bunda Leany dan Bunda Dewi setiap orang punya tips masing-masing
untuk memanagement kondisi rumah dan anak-anak untuk bisa belajar di rumah.
Suasana rumah memang tidak bisa disamakan dengan kondisi rumah, kalau di
Sekolah memang sudah didesain sebagai tempat pembelajaran sedangkan dirumah
adalah sebagai tempat tinggal. Pemberian jadwal bagi anak-anak di rumah juga
diperlukan karena tetap anak-anak dididik untuk disiplin, kemudian mengikuti
pembelajara daring sesuai jadwal dari
guru yangdidapatkan dari aplikasi online.Biasanya
kalau ada ketidak jelasan dari tugas
yang diberikan oleh guru anak akan bertanya kepada orang tua dalam hal ini
biasanya adalah Bundanya.Diperlukan kesiapan bagi orang tua untuk memberikan
solusi, melihat di google salah satu cara untuk mencari solusi jawaban jika ada
soal yang sulit dikerjakan atau bisa juga menanyakan langsung kepada guru yang
memberikan tugas, kejalasan dari tugas yang diberikan guru tersebut.Memang
tidak harus orang tua menjelaskan seperti layaknya guru menerangkan di depan
kelas setidaknya anak-anak memahami tugas yang diberikan gurunya dan anak-anak
mendapatkan solusinya.
Kreatifitas
orang tua sangat diperlukan sekali, memahami karakter serta usia anak, anak usia Paud berbeda dengan usia
SD, SMP dan SMA. Usia Paud (0-6)Th belajar lewat dengan bermain, beroentasi
pada kebutuhan anak, disesuaikan dengan pekembangan anak,menembangkan
kecerdasan majemuk,anak sebagai pembelar aktif,interaksi sosial,linkungan yang
kondusif, merangsang kreatifitas dan
inovatif, stimulasi holistic.(dikutip
Silabus.web.id). Mengembangkan kecerdasan majemuk karena pada usia Paud
merupakan pesat-pesatnya perkembangan sel-sel otak yang populer dikenal dengan
istilah Golden age, perkembangan yang sangat menentukan saat dewasa kelak, baik
secara mental, fisik dan kecerdasan. Penugasan yang cocok dengan memberikan
rangsangan kreatifitas untuk mengolah motorik halus dan motorik kasarnya,Orang
tua khususnya Bundanya juga harus memahami jika dirumah masih ada si kecil Paud
dan karakter perlu diperhatikan, ada yang pendiam atau aktif bahkan ada yang hiperaktif, lebih sabar untuk
mendampingi belajarnya di rumah.Anak usia SD (7-12) Th selama 6 tahun anak-anak
belajar di Sekolah Dasar karakter anak usia SD pada umunya suka bermain, tidak
bisa diam, suka berkelompok, suka praktek, cengeng, belum bisa memahami orang
lain, suka mencari perhatian, meniru gaya orang lain, anak perempuan lebih
pintar dari anak laki-laki, imajinasinya tinggi.(dikutip Cannel 7/2/17).Dari
beberapa karakter anak usia SD para Bunda lebih cermat untuk mengamati
anak-anak dirumah yang memiliki anak usia SD, mungkin saat tidak bisa
menuntaskan tugas yang diberikan guru lewat media online reaksinya ada yang
nangis atau mungkin diam cemberut, jika seperti ini sang Bunda harus segera
respon biar tidak berkelanjutan. Bunda siap siaga mendampingi untuk mengerjakan
tugas bahkan ekstra pikiran dan tenaga karena masih bisa mandiri anak-anak usia
SD, saat di Sekolah guru-guru dengan lembut dan sabar melayani mereka, maka
kita orang tua yang menggantikan peran guru di rumah juga dituntut dengan penuh
kasih sayang mendampingi.Jangan malah sebaliknya maka anak-anak akan menganggap
kita monster bagi mereka, ini yang
menyebabkan home learning tidak
berhasil seperti yang diharapkan.
Beda dengan anak usia sudah memasuki
jenjang sekolah yang lebih tinggi yaitu SMP umumnya berusia 12-15 tahun
memasuki tahapan remaja awal masa pembentukan jati diri awal, biasanya prilaku
yang kurang menentu, cenderung emosional, belum stabil, banyak masalah,
pencarian idola atau tokoh sebagai panutan, tidak realistis, dan masa kritis.(dikutip
Marhaeni Muji S Web Admin SKK 8/11/18).Di usia menginjak masa remaja dengan
ciri-ciri diatas, sebagai orang tua tentunya harus lebih memahami secara
psikologis, misalkan cara berfikir tidak realistis menginginkan guru dan orang
tua adalah segala-galanya apa yang diinginkan terwujud, tidak berfikir
sebagaimana adanya. Memungkinkan munculnya emosi, sakit hati dan kecewa. Saat
stay home seperti ini jika ada rasa bosan yang melanda, orang tua segera mengambil
langkah apa yang diperlukan anak-anak seusia mereka, alternatif bisa menelphon
teman-teman disekolah, belajar berkelompok dengan menggunakan aplikasi daring , karena tidak diperkenankan
untuk salin jumpa darat Hiburan bagi anak-anak kalau sudah bisa cerita dengan
teman sebaya, yang biasanya anak-anak dengan leluasa bercengkrama, bergurau di
Sekolah, datangnya Covid-19 membuat anak-anak terbelenggu dan menyempitkan
ruang gerak mereka.Para orang tua mudah-mudahan bisa memahami kondisi
anak-anaknya yang masuk dalam kategori usia SMP. Saat stay home anak-anak tidak
merasa bosan dan enjoy meski dengan sederetan tugas yang harus dikerjakan.
Usia
(15-17) tahun dikategorikan memasuki jenjang SMA merupakan masa remaja akhir,
yang ditandai dengan karakterisik mencapai hubungan yang matang dengan teman
sebaya, dapat menerima dan belajar teman sosial sebagai pria atau wanita dewasa
yang dijinjung tinggi oleh masyarakat, mnerima keadaan fisik dan mampu
menggunakannya secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua
dan dewasa lainnya, memilih dan mempersiapkam karier di masa depan dan sesuai
dengan minat dan kemampuannya, mengembangkan sifat positif terhadap pernikahan,
hidup berkeluarga dan memiliki anak, mengembangkan ketrampilan intelektual dan konsep-konsep
yang diperlukan sebagai warga negara, mencapai tingkah laku yang bertanggung
jawab secara sosial, mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan
religiulitas.
Bagi
orang tua yang memilikianak di usia SMA, jauh lebih mudah diarahkan dalam berkomunikasi
karena cara berpikirnya lebih dewasa. Tidak memerlukan energi yang cukup besar
dalam mendampingi belajar di saat home
learning , hanya mengingatkan tugas-tugas yang harus dipenuhi dari
guru-guru,Pada umumnya anak-anak usia SMA sudah bagus pemahaman tentang
pembelajaran online, dan lebih
mandiri dari anak usia SMP. Kemungkinannya mereka rindu dengan teman dan guru
serta suasana sekolah yang kebanyakkan mereka aktif di kegiatan ekskul di
Sekolah. Memberikan kelonggaran untuk bisa komunikasi dengan teman-teman sebaya
dengan fasilitas aplikasi online .
Kreatifitas juga bisa dilakukam misalnya membuat Hans Sanitizier dan
Desinfektan sendiri dirumah, atau berkarya membuat masker bisa diberikan ke
tetanggan atau teman yang membutuhkan, sehingga ada kegiatan dirumah selain
untuk kebersamaan dan bisa peduli dengan lingkungan tetap berada di rumah tentunya.
Semoga para orang tua, saya khusus kan
untuk bunda-bunda yang dengan sabar dan kelembutannya mengasuh, mendampingi
anak-anak di saat stay home
menggantikan guru-guru yang seharusnya menyapa mereka tiap hari dan memberikan
pembelajaran, terimakasih dengan tangan-tangan lembut para bunda dan kasih
sayangnya untuk sama-sama mewujudkan Tujuan PendidikanNasional. Kita
berdo’a badai ini segera berlalu,
Aamiin/
0 Komentar