About Me

gambar koala

KARTINI DAN MENULIS

Oleh Catur Nurrochman Oktavian
#repost

Banyak orang mempertanyakan mengapa dari sekian banyak tokoh wanita di Indonesia yang berjuang bagi bangsa ini namun hanya Kartini yang lebih spesial? Bahkan hari kelahirannya ditetapkan sebagai hari besar atau hari Kartini. Hal ini tidak lepas dari peran Presiden Soekarno yang mengangkat Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan menetapkan hari lahirnya sebagai hari besar nasional berdasarkan Keputusan Presiden No. 108 Tahun 1964 yang dikeluarkan tanggal 2 Mei 1964. Anda tahu mengapa Kartini dianggap sebagai pejuang kemanusiaan? Ya karena menulis. Pemikiran dan gagasan Kartini yang dituangkan melebihi pemikiran orang-orang di masa itu. Kartini menuliskan pemikirannya yang menunjukkan keintelektualannya. Menulis adalah salah satu indikasi bahwa seseorang adalah intelektual dan filsuf. Jadi Kartini adalah seorang wanita intelek dan filsuf. Karena seringnya menulis membuat ide-ide dirinya abadi hingga kini.

Banyak yang tidak tahu bahwa Kartini juga dikenal sebagai seorang wanita yang suka membaca. Ia banyak membaca buku-buku berkelas yang terbit di masa itu. Pada zaman Kartini memang sedang ramai politik etis didengungkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Buku yang sering dibaca Kartini berdasarkan sumber surat kabar harian Kompas seperti Max Havelaar karya Multatuli, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata) karya Bertha von Suttner. Selain buku, Kartini juga rajin membaca koran De Locomotief terbitan Semarang. Kepiawaian Kartini dalam menulis juga dapat dilihat dengan bertebaran artikel tulisannya untuk surat kabar De Hollandsche Lelie. Dokumen koran berbahasa Melayu yang menampilkan Kartini justru sekarang tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden jauh dari negara asal Kartini.

Oleh karena itu, perdebatan tentang masuknya Kartini sebagai pahlawan dibandingkan wanita daerah lainnya di Indonesia yang juga berperan penting adalah bukan karena politik penguasa yang bersifat primordial. Namun lebih karena pemikiran Kartini yang tertuang dalam tulisannya melebihi pemikiran masa itu dan terbukti abadi hingga kini. Bagaimana mungkin kita pernah mempunyai seorang Presiden dan banyak para menteri wanita bila tidak mengadopsi pemikiran Kartini. Jadi gelar pahlawan untuk Kartini adalah tepat ibarat pelita yang diharapkan menerangi sebagian besar rakyat Indonesia yang ketika itu masih tertindas oleh penguasa kolonial Belanda. Bila ingin seperti Kartini, maka menulislah.

Wallahualam bishowab

Bojonggede 21 April 2017
Catur Nurrochman Oktavian

#nulisitudipraktikkan
#menuliscepatdansimpel

Posting Komentar

0 Komentar