Oleh Wahyu Ekawati, M.Pd
Guru SMKN 5 Jember
Dua tahun terakhir ini, sepertinya HOTS
sempat menjadi kian panas karena menjadi isu nasional yang sering
diperbincangkan di dunia pendidikan. Semua stakeholder
pendidikan termasuk guru maupun peserta didik bergerak cepat untuk
mengadaptasi hal ini. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan soal ujian baik itu
Ujian Nasional maupun soal seleksi ke perguruan tinggi. Namun semenjak ada
wacana Ujian Nasional dihapus, isu ini mereda dengan sendirinya. Sebenarnya
HOTS (High Order Thinking Skill) atau
kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak hanya tentang soal ujian saja, justru
dalam setiap proses pembelajaran dikelas hendaknya bertujuan mengembangkan
HOTS. Terlebih lagi dengan sistem pembelajaran jarak jauh yang harus dilakukan
ditengah pandemi corona ini, HOTS merupakan pertimbangan utama dalam menentukan
tujuan pembelajaran. Jadi pertanyaannya adalah apakah pembelajaran yang
dirancang untuk peserta didik masih tetap HOTS ditengah pandemi corona ini?
Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya
kita ingat kembali apa sebenarnya HOTS tersebut. Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi
Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl
(2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami
(understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). HOTS bukanlah
kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang, namun kemampuan pada ranah
menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi
(creating-C6).
HOTS atau Kemampuan berpikir tingkat tinggi
ini dapat dilatihkan dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar
peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses
pembelajaran yang dirancang seharusnya memberikan ruang kepada peserta didik
untuk menemukan konsep pengetahuan dengan melakukan serangkaian kegiatan. Kegiatan pembelajaran tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan kreatif. Ciri-ciri kegiatan pembelajaran yang bisa mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi adalah mengaktifkan siswa dalam proses: menganalisis,
membandingkan, merefleksi, memberikan argumen, menerapkan konsep pada situasi
berbeda, menyusun, mengambil keputusan, dan menciptakan.
Pembelajaran untuk melatih kemampuan
berpikir tingkat tinggi akan lebih efektif jika kontekstual atau berbasis
situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan
dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan
masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini
terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta
didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete),
menerapkan (apply) dan mengintegrasikan(integrate) ilmu pengetahuan dalam
pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.
Model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam hal ini adalah Discovery Learning, Problem Based Learning,
dan Project based Learning. Adapun metode ataupun teknik pembelajaran bisa
divariasikan sedemikian rupa sesuai dengan level kemampuan dan
lingkungan/kondisi nyata siswa.
Untuk lebih jelasnya, kita bisa
membandingkan pertanyaan terkait isu terkini yaitu pandemi virus corona atau
yang disebut dengan COVID-19 (Corona Virus Desease yang muncul mulai tahun 2019
) yang bisa diterapkan untuk mengarahkan siswa agar pembelajaran menjadi lebih
kontekstual. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut mengarah kepada
tingkatan kemampuan berpikir mulai dari yang rendah sampai dengan yang tinggi:
(1) Sebutkan gejala-gelaja orang yang
terkena COVID-19? (C1 Mengetahui); (2)
Jelaskan penyebab seseorang terpapar COVID 19! (C2 memahami); (3) Ceritakan
cara pencegahan COVID-19 yang di lingkungan tempat tinggalmu! (C3 Menerapkan);
(4) Mengapa wabah COVID-19 sangat cepat menyebar di Indonesia? (C4
Menganalisis); (5) Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani
COVID-19 sejauh ini? (C5 Mengevaluasi); dan (6)
Apa yang bisa kamu lakukan terhadap masyarakat disekitarmu dalam upaya
membantu pemerintah dalam mengatasi masalah covid ini (C6 Create).
Adapun contoh penerapan sederhana dalam pembelajaran Bahasa Inggris
adalah sebagai berikut. Dimasa pandemi corona ini, muncul banyak berita yang
bisa diangkat untuk dijadikan bahan pembelajaran autentik. Siswa diminta
mencermati pemb eritaan terkait dengan kebijakan pemerintah tentang PSBB
(pembatasan Sosial Berskala Besar) dan Lockdown.
Pada tahap menganalisa, siswa diminta membedakan kedua kebijakan tersebut,
baik dari segi penerapan sampai dengan dampaknya. Selanjutnya siswa diminta
menjelaskan kebijakan mana yang pemerintah pilih dan dilengkapi dengan ulasan
tentang alasannya. Pada tahap mengevaluasi, siswa diminta menjelaskan efektifitas
kebijakan PSBB yang diterapkan oleh pemerintah juga memberikan saran sebagai
solusi pemecahan masalah tersebut. Pada tahap mencipta, siswa diminta membuat
program aksi nyata untuk ikut menyukseskan pemerintah dalam menangani pandemi
corona ini misalnya dengan membuat poster atau kreatifitas yang lain. Semoga
bermanfaat. from : https://wahyuekawati.blogspot.com/2020/04/tetap-hots-di-masa-pandemi-covid-19.html
2 Komentar
Bagus bu. . Lanjutkan.
BalasHapusTerimaksih pak Heru
Hapus