oleh Wahyu Ekawati, M.Pd (Guru SMKN 5 JEMBER)
Pada masa pandemi corona ini, semua orang
harus segera menyesuaikan diri dengan melakukan tindakan preventif dengan social distancing untuk menghindari
kemungkinan tertular sekaligus memutus rantai penularan virus ini. Betapa guru
saat ini dituntut harus bisa mengembangkan pembelajaran sedemikian rupa dengan
prinsip bekerja dari rumah dan siswa belajar dari rumah. Tidak sedikit guru
yang “mati gaya” dengan hanya sekedar memberikan tugas mengerjakan soal-soal. Namun
pertanyaannya adalah apakah siswa bisa belajar dengan
mengerjakan soal-soal saja? Alih-alih siswa bisa belajar, siswa
justru merasa bosan atau jenuh dan mengeluh capek. Orang tua siswa pun merasa
bingung dan cenderung pasrah anaknya tidak bisa belajar tanpa guru atau sekolah.
Untuk mengatasi hal ini, hendaknya kita mengerti benar apa belajar itu. Belajar berarti proses perubahan tingkah
laku, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat yang berlangsung
di dalam diri seseorang melalui serangkaian kegiatan berupa latihan atau
pengalaman yang merupakan stimulant individu yang dikirim oleh lingkungan. Jika siswa belum mengalami perubahan seperti yang dimaksud
diatas, berarti siswa tersebut belum belajar. Sejalan dengan itu, menurut Wahab (1986)
dalam bukunya yang berjudul Metodologi Pengajaran, belajar akan bermakna
apabila peserta didik dapat menghubungkan informasi baru dengan informasi yang
telah diketahui sebelumnya, dapat belajar secara kreatif, peka, mandiri, bertanggung
jawab, dan dapat belajar berdasarkan materi pelajaran yang disusun secara
logis.
Dengan memahami apa dan bagaimana belajar, guru akan lebih kreatif
mencari cara agar bisa siswa masih bisa belajar dengan tetap tinggal dirumah. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar, demikian pula
kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan
ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Sehingga gurulah yang berperan utama dalam menciptakan suasana belajar
mengajar.
Guru kreatif akan bisa memastikan siswa
mendapatkan personalisasi pengalaman belajar yang bermakna dan menantang dan
sesuai dengan kemampuan anak. Dengan memanfaatkan banyaknya informasi yang
siswa terima tentang Pandemi Corona baik melalui media elektronik ataupun cetak
siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang kontekstual dan menyenangkan. Misalnya
tentang cara bagaimana supaya tetap produktif dirumah, kesadaran masyarakat
tentang social distancing di daerah tertentu, protokol ketika berada diluar
rumah, dan lain-lain. Bisa juga melihat
dari sisi salah satu media masa dalam menayangkan acara terkait Pandemi Corona
yang mungkin dinilai mendidik, memberikan pengetahuan praktis ataupun
sebaliknya yang kurang memenuhi persyaratan, dan lain lain. Selain itu guru
kreatif juga akan memikirkan kemampuan apa yang bisa siswa capai melalui
pembelajaran yang dirancang. Salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis.
Untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, siswa perlu diberi pengalaman untuk melalui
proses mental dengan menganalisis atau mengevaluasi informasi yang didapatkan
dari hasil pengamatan, pengalaman, ataupun komunikasi baik secara tulis maupun lisan.
Pada akhirnya siswa diminta merefleksikan dan menyimpulkan atau membuat
keputusan dengan memberikan alasan yang logis, ide atau gagasan. Hal ini sesuai
dengan pengertian berpikir kritis yaitu konsep untuk merespon sebuah pemikiran atau teorema yang kita terima.
Respon tersebut melibatkan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis
(https://id.wikipedia.org/wiki/Berpikir).
Sebagai
gambaran, saat ini siswa bisa menerima informasi tentang pandemic Corona setiap
saat melalui berbagai media dengan mudah. Tentu saja
informasi tersebut ada yang sudah baik dan memenuhi harapan atau kriteria tertentu yang
selanjutnya dalam hal ini disebut Top. Sebaliknya,
ada juga informasi yang belum memenuhi harapan atau kriteria yang dalam hal ini
disebut Tip. Makna sebenarnya dari
TIP menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah saran, nasihat atau
petunjuk praktis dan bermanfaat untuk melakukan sesuatu. Dengan kemampuan
analisa sederhana, siswa diminta memberikan saran bagaimana hal tersebut bisa
ditingkatkan. Sedangkan Top adalah
hal baik atau keberhasilan yang sudah dilakukan, misalnya hal baik (dampak
baik) ataupun kekurangan (dampak buruk) yang bisa diamati dari penerapan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar). Siswa
didorong untuk melakukan analisis secara sederhana, mengevaluasi
informasi tersebut sehingga bisa mengidentifikasi informasi mana yang tergolong
Tip maupun Top berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau
komunikasi. Selanjutnya siswa juga diminta memberikan saran agar Tip bisa ditindaklanjuti sehingga pada
akhirnya menjadi Top. Melalui
kegiatan Tip Top Pandemi Corona ini, kemampuan
berpikir
kritis siswa bisa distimulasi.
1 Komentar
Alhamdulillah Ibu Guru dengan Pandemi Corona,kita dapat ambil hikmahnya.Kita di paksa para pendidik untuk melek IT monggo semangat menulis ibu Guru untuk mencerdaskan anak Bangsa mohon maaf apabila kurang berkenan (Pemerhati Pendidikan Jember)
BalasHapus